Kekuatan Doa dan Otak Manusia: Sebuah Ulasan Ilmiah

on

Cari posisi baca yang AMAN dan NYAMAN: 15-20 Menit untuk pahami tulisan ini :)
oleh Abu Fauzan | Sumber: GHS
*** 

Banyak penelitian membuktikan bahwa ketika seseorang mengalami ketegangan atau stres, ia menjadi rentan terhadap penyakit fisik, penderitaan mental, emosional, serta kecelakaan. Otak, rambut, kulit, paru-paru, jantung dan sistem pencernaan adalah beberapa bagian tubuh yang dipengaruhi langsung oleh stres.

Sementara otak, yang merupakan pusat kehendak dan keyakinan, memiliki hubungan yang langsung dengan sistem penyembuhan alamiah tubuh manusia. Otak secara otomatis dan kontinyu berkomunikasi-timbal balik dengan sistem kekebalan tubuh, sistem kardiovaskular, dan semua sistem organ pokok dengan melepaskan hormon dan bahan kimia lainnya dari sel-sel saraf.

Otak juga berkomunikasi dengan sistem kekebalan dalam darah melalui hormon dan protein darah lainnya, yang disebut sitokin. Otak juga mengirim sinyal pada saraf tulang belakang dan memerintahkannya untuk memperlambat atau mempercepat transmisi rasa sakit.

Ilmuwan menduga bahwa, peran otak tersebut harus ada supaya kehidupan sosial, psikologis, dan spiritual terhubung dengan tubuh fisik, sehingga semuanya bekerjasama untuk menghasilkan kesembuhan manusia, seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Ada sebuah buku berjudul The Healing Power of Prayer, karangan Chester L. Tholson dan Harold G. Koenig. Dalam buku tersebut, penulis mengatakan: “Suatu depresi mental, kecemasan yang hebat, atau kekakuan yang disebabkan rasa bersalah atau kebencian, tampaknya telah menutup jalur kesembuhan alamiah. Maka, di sinilah sebuah doa--yang notabene bukan jalur kesembuhan alamiah--berperan.”

Mengapa Do’a Berperan Dalam Kesembuhan?

Do’a yang banyak diartikan sebagai dialog, penyerahan dan permohonan tulus kepada Tuhan: Allah SWT, penting dilakukan supaya terjadi sinergi yang melibatkan Allah SWT sebagai Pencipta, dan pasien, dokter, atau ilmu pengetahuan sebagai makhluk, demi kesembuhan manusia secara total.

Sekadar catatan: healing berasal dari kata Anglo-saxon yang berarti “untuk membuat utuh”. Mengingat penyakit kebanyakan disebabkan oleh pikiran, maka kesembuhan total tidak akan terjadi tanpa memulihkan kondisi pikiran.
Membersihkan Jalur Pikiran

Isi pikiran negatif yang menjadi penyebab stres atau ketegangan merupakan faktor sangat penting untuk diatasi dalam proses penyembuhan. Doa ibarat kita menelpon kekasih. Agar dialog dapat berlangsung jelas dan bermakna, saluran harus bersih. Isi pikiran yang negatif itulah pengganggu saluran komunikasi kita dengan Allah SWT.

Bagaimanapun manusia terdiri dari trinitas: tubuh, pikiran, dan roh. Rileksasi merupakan cara yang penting untuk dilakukan sebelum kita berdoa.

Otak Kita Ketika Berdoa (Tinjaun Perbedaan Antara Doa dan Meditasi)

Ada orang yang membedakan antara meditasi dengan doa. Jika doa disebut sebagai pertemuan atau dialog dengan Tuhan, meditasi dianggap sebagai refleksi mendalam yang memungkinkan seseorang terhubung dengan alam semesta. Namun, alat kedokteran yang objektif ternyata merekam kedua aktifitas tersebut sebagai sesuatu yang sama.

Ketika orang yang melakukan meditasi menghalau semua pikiran dari benak, ternyata aktifitas dalam amygdala (bagian otak yang memantau lingkungan dari ancaman dan mencatat ketakutan) diredam.

Sirkuit Lobus Parietal (bagian otak yang menyesuaikan diri dengan ruang, menandai perbedaan tajam antara diri dan dunia) menjadi tenang pula. Sirkuit Lobus Frontal dan temporal (bagian otak yang menandai waktu) dan membangkitkan kesadaran diri) dapat dilepaskan.

Dengan keadaan seperti itu, orang yang bermeditasi menjadi sangat rileks, sehingga memungkinkannya untuk bersatu dengan alam semesta. Pendek kata, dari hasil penelitian, terjadi perubahan radiologis di dalam otak ketika seseorang melakukan meditasi—meditasi di sini adalah meditasi ala Tibet.

Perubahan yang sama, ternyata terjadi pula pada Biarawati Fransiskan, yang otaknya dimonitor menggunakan SPET-scanning. Ketika melakukan doa mendalam hingga merasakan kehadiran Tuhan, otak biarawati tersebut menunjukkan perubahan seperti yang terjadi pada para pelaku meditasi ala Tibet.

Apa yang dapat kita catat dari hasil riset tersebut? Bahwa ada upaya ilmiah untuk membuktikan pengaruh doa terhadap otak manusia.

Beragam Riset Tentang Do'a

Banyak riset telah dilakukan oleh para ilmuwan, khususnya di negara barat, tentang manfaat doa dan religiusitas bagi kesehatan, penyembuhan maupun kasus bunuh diri.

Sejumlah riset membuktikan, antara lain bahwa orang yang tidak religius ataupun tidak mendapatkan intervensi doa, lebih tinggi resikonya untuk melakukan bunuh diri, lebih rendah tingkat kesembuhan dari penyakit, lebih tinggi resikonya untuk mengalami sakit, dan lebih rentan terhadap penyakit.

Berikut ini contoh hasil riset yang pernah dilakukan:

Sebuah riset longitudinal (8-10 tahun) yang dilakukan oleh Robbins dan Metzner terhadap 2.700 orang membuktikan bahwa angka kematian pada kelompok yang rajin berdoa atau beribadah lebih rendah dibanding dengan kelompok yang tidak rajin.

Riset yang dilakukan oleh Zuckerman, Kals, dan Ostfield terhadap warga lanjut usia pun membuktikan hal yang sama: kelompok lanjut usia yang rajin berdoa terbukti lebih panjang umur dibandingkan dengan yang tidak rajin berdoa

Penelitian yang dilakukan Cancerellaro, Larson, dan Wilson terhadap para pecandu alkohol, narkotika, dan pasien gangguan jiwa skizofrenia, membuktikan rendah/tidak adanya komitmen terhadap agama. Riset juga membuktikan bahwa terapi atau pengobatan yang diberikan kepada mereka berhasil secara optimal bila disertai terapi doa.

Barry Rosenfeld dan kawan-kawan dari Fordham University dan William Breitbart dari Memorial Sloan Kettering Cancer dalam riset yang dipublikasikan tahun 2003 membuktikan adanya efek spiritualis menawarkan proteksi atau memberikan efek penyangga dalam melawan keputusasaan pada pasien yang menganggap hidupnya akan segera berakhir.

Riset lain juga membuktikan adanya kaitan antara sistem imun dengan tingkat spiritualis dan kondisi emosi. Tiga ilmuwan mengukur tingkat spiritualis dan interleukin-6 (IL-6) pada darah pasien penyakit kanker terminal. Terbukti adanya kaitan antara tingkat fungsi imun tubuh dengan suasana hati yang baik dan IL-6. Sebagai catatan, IL-6 adalah protein pada sel-sel yang bekerja untuk mengatur fungsi sistem imun tubuh.

Tahun 1998 sebuah studi di California menemukan bahwa 6 bulan setelah didoakan secara diam-diam ternyata tingkat kesehatan pasien AIDS terbukti membaik secara signifikan bila dibandingkan tingkat kesehatan kelompok pasien AIDS yang tidak didoakan.

Tahun 2002, hasil studi yang dilakukan terhadap 39 pasien ICU membuktikan, mereka yang didoakan bisa keluar dari rumah sakit lebih cepat dibandingkan pasien yang tidak didoakan, walaupun mendapatkan pengobatan yang sama. Banyak ilmuwan semakin yakin manfaat doa bagi kesehatan, dan riset masih terus dilakukan dengan mencermati beragam sisi.

Penutup

Sebagai penutup tulisan ini, dalam buku The Spiritual Brain, karya Mario Beauregard, Ph.D & Denyse O’leary, dijelaskan bahwa para ilmuwan menawarkan 2 pendekatan. Pertama, pendekatan yang melihat spiritualitas-religiusitas dan kesehatan adalah kekuatan yang memang kebetulan belaka. Kedua, pendekatan yang melihat spiritualitas-religiusitas adalah hanya produk sampingan dari perkembangan otak, sehingga kaitan antara spiritualitas-religiusitas dan kesehatan, adalah baik bagi manusia karena meningkatkan kesehatan secara evolusioner.

Sebuah kesimpulan menarik, yang diungkap oleh Dr. Herbert Benson dari Harvard Medical School Amerika Serikat (beliau adalah perintis sekaligus pendiri Harvard’s Mind/Body Medical Institute di Boston’s Deaconess Hospital ), mendasarkan pengamatannya terhadap sejumlah pasien, yang akhirnya sampai pada keyakinan bahwa, “Tubuh kita mendapatkan keuntungan dari latihan bukan sekadar otot, melainkan kekayaan utama yang berada di dalam diri manusia: keyakinan (terhadap terkabulnya doa.red), nilai-nilai, pikiran dan perasaan.”
Semoga bermanfaat. Mari berdoa!

Robbi fanfa'naa bibarkaatihim wahdinaal husnaa bihurmatihim. Wa amitnaa fii thoriiqotihim wa mu'aafaatin minal fitani.

Do’a seorang muslim untuk saudaranya ketika saudaranya tidak mengetahuinya adalah do’a yang mustajab (terkabulkan). Di sisinya ada malaikat yang bertugas. Setiap kali dia mendo'akan kebaikan untuk saudaranya, malaikat tersebut berkata : "Aamiin, dan engkau akan mendapatkan yang sama dengannya." [HR. Muslim 2733]

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Terima Kasih banyak akhi, informasinya benar-benar bermanfaat.

Posting Komentar